Skip to main content

The Laundry and Me ^^

    
     Hari Minggu, hari terakhir anak-anak libur karena seminggu kemarin kakak-kakak kelasnya pada ujian. Besok anak-anak harus masuk lagi dan langsung menghadapi UTS. Hujan sudah turun disertai suara petir padahal hari masih siang.
Untung jemuran yang masih agak lembab tadi sudah sempat dipinggirkan, jadi ga sia-sia lah kerjaan mencuci tadi pagi :)

Mumpung hujan dan cuaca agak sejuk, saya pilih menyetrika saja, karena setrikaan yang sudah seminggu ini saya kumpulkan sudah menggunung :). The first thing I did adalah menyortir baju-baju itu menurut jenisnya, yaitu baju dan underwear. Selanjutnya dipilah lagi menurut pemiliknya dan dimasukkan ke dalam tas-tas plastik besar. Hehehe.... iya betul, tas plastik besar-besar! Punya sih keranjang laundry, tapi sudah pensiun belasan tahun lalu karena sudah ga muat lagi menampung laundry untuk 6 orang :)

     Satu persatu lembaran baju berpindah dari tas plastik ke meja setrika, digosok dengan penuh kasih sayang sampai licin, dilipat, ditumpuk, dan akhirnya ditata di lemari setelah isi tas habis. Saat menyetrika seringkali ketemu baju-baju yang sudah tidak muat lagi dipakai anak-anak. Hmm.... sudah makin besar saja anak-anakku. Seakan baru kemarin saya menyetrika baju-baju bayi....:) Lama-lama terasa panas juga, dan keringat sudah mulai membanjir. Di saat seperti itu kadang muncul rasa jengkel, terutama saat melihat gunungan setrikaan anak-anak yang sudah mulai ABG ini, sementara si empunya santai-santai saja melihat isi lemarinya makin menipis :( Padahal dulu waktu saya seusia mereka, mencuci dan menyetrika baju sendiri sudah merupakan kewajiban yang harus dilakukan kalau ga ingin kehabisan baju untuk dipakai... 

     Sebagai ibu, kewajiban untuk mengajari mereka melakukan pekerjaan rumah tangga, termasuk mencuci dan menyetrika baju sendiri sudah saya lakukan sejak anak-anak masih SD dan mereka sudah bisa melakukan dengan baik. Malaskah anak-anak? Awalnya sempat terpikir begitu, tapi kalau diperhatikan jadwal dan kegiatan mereka sehari-hari, yang ada tinggal rasa kasihan dan akhirnya berujung pada permakluman. Bayangkan saja, setiap pagi mereka harus bangun jam 4.30, bersiap dan berangkat ke sekolah, dan baru pulang lagi jam 3 sampai jam 3.30 sore, padahal jam 4 mereka sudah harus berlari ke tempat les...:( Sesuatu yang tidak pernah saya jalani ketika masih seusia mereka dulu...

     Ya sudahlah, habiskan saja semua setrikaan. Kita tidak bisa lagi membandingkan jaman kita dulu dengan jaman anak-anak sekarang. Menjadi orang tua di jaman ini harus memiliki pengertian yang lebih besar, yang muncul dari rasa sayang yang juga tentunya jauh lebih besar. Beruntung saya diberi kesempatan untuk merawat dan menyetrika baju anak-anak. Saya percaya, suatu saat nanti pasti mereka bisa melakukan hal yang sama untuk anak-anaknya. 

"Keeping on ironing, I thank God for making me able to do this chore for my kids, knowing that one day, this could be the thing that I will be missing...."(Mommy)



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tembang Girisa, Nasehat dan doa bagi generasi muda dari leluhur Tanah Jawa

"Semar: sebagai figur penasihat, selalu berpihak kepada golongan Ksatria. Sebenarnya dia adalah Dewa yang ngejawantah (menjelma) menjadi manusia, dan selalu sebagai abdi, tetapi nasihat-nasihatnya selalu baik. Apabila seorang Ksatria akan menyeleweng, Semar pasti tampil menasihati dan selalu akan dituruti. Bila nasehatnya tidak diikuti, sang Ksatria akan menemui halangan."

Resep Jenang Bentul

            On the way to Surabaya, di sepanjang trotoar depan kios-kios di Pasar Singosari  banyak penjual bentul, umbi-umbian yang bentuknya seperti bola lampu besar, dagingnya putih dengan serat-serat ungu.

Resep Jenang Grendul

               Jajanan tradisional satu ini memang enak banget, kenyal, manis dicampur kuah santan yang gurih. Sudah lama sekali ga makan ini dan sudah lama pula bercita-cita membuat sendiri, tapi ga sempat-sempat....:)  Dulu waktu masih kecil, lumayan sering dibelikan ibu di pasar, campur-campur dengan