Beberapa hari ini cuaca sore agak-agak mendung, lumayan sejuk untuk ukuran Kota Malang yang
sekarang sudah tidak dingin lagi. Secangkir kopi krim selalu jadi minuman favorit di sore hari, sambil menemani para bayi nonton kartun. Kudapannya, paling suka ya martabak nan gurih. Tentu saja ga tiap hari beli martabak. Rata-rata sebulan 2 atau 3 kali saja, pilih menu yang paling bawah, alias yang paling tebal....hehehe...
Keluarga kami termasuk loyal customer martabak keliling ini. Entah sudah berapa tahun saya langganan martabak ini. Awalnya si Bapak pake sepeda motor butut, dresscode seadanya dan kulit martabaknya jadi liat setelah dingin, seperti kebanyakan martabak-martabak lain. Meski begitu saya tetep beli saja, mayan, ga perlu keluar rumah :)
Waktu berjalan terus, dan si Bapak martabak ini termasuk wira usahawan yang berdedikasi pada profesinya. Pembenahan-pembenahan mulai dilakukan. Pertama kulit martabak dimodifikasi, jadi tidak liat lagi, tapi lebih berpori dan kering. Ada semacam gelembung2 halus di kulit martabaknya, jadi ga liat kalo sudah dingin. Tapi kulit jadi rapuh, mudah gosong dan minyak yang terserap lebih banyak. Waktu dilebarkan juga sering sobek.
Rupanya beliau kurang puas dengan kulit tersebut, dan memodifikasi lagi, dan jadilah seperti sekarang. Kulitnya licin, tidak mudah sobek, hasil gorengannya kuning, renyah di bagian tepi dan lembut di bagian tengah yang terisi sayur dan daging....hhmmmm...nyammmm!
Selain kulit martabak yang berubah, sepeda motor dan 'rombong'nya pun berubah jadi lebih bagus dan bersih, pake aluminium. Dresscode juga diperhatikan, sering pake batik rapi dan bersih. Di pintu rombong ditempel banner kuning berisi daftar menu dan merk Martabak Clekit Pak Djiman (Ooo... namanya Pak Djiman, toh ). Saya belum sempat tanya kenapa diberi nama Martabak Clekit. Next time akan saya tanyakan :) Dari sisi layanan pelanggan, sekarang kita tinggal telpon atau sms saja kalau mau beli dan Pak Djiman yang ramah akan meluncur ke rumah Anda dan menggoreng martabak pesanan dengan gembira...:)
Lebih praktis buat kita, dan si Bapak juga sudah ga perlu teriak-teriak lagi.... Yah, kecuali sudah sore dan stok masih ada, biasanya beliau masih suka teriak 'Maaaar ta bak!' di depan rumah saya hehehe.... Sukses selalu buat Pak Djiman!
Presentasinya seperti ini:
"The price of success is hard work, dedication to the job at hand, and the determination that whether we win or lose, we have applied the best of ourselves to the task at hand "-Vince Lombardi-
Martabak Pak Djiman memang enak! Jadi kepingin makan sekarang :P
ReplyDeleteHujan-hujan begini pasti enak diperut :D