Skip to main content

Resep Jenang Grendul

   
     















     Jajanan tradisional satu ini memang enak banget, kenyal, manis dicampur kuah santan yang gurih. Sudah lama sekali ga makan ini dan sudah lama pula bercita-cita membuat sendiri, tapi ga sempat-sempat....:) 
Dulu waktu masih kecil, lumayan sering dibelikan ibu di pasar, campur-campur dengan
bubur sumsum, mutiara, ketan hitam dan dawet. Penjual bubur langganan kami biasa dipanggil Lik Jah, yang menempati satu stand kecil di bagian belakang pasar tradisional dekat rumah kami. Favorit saya, jenang grendul, bubur sumsum dan ketan hitam saja.....:)
     Beberapa waktu lalu, gara-gara melihat DP sahabat yang memamerkan jenang grendul buatannya, jadi ingat lagi! Setelah mencocokkan resep, akhirnya kesampaian cita-cita membuat jenang grendul sendiri. Terima kasih resepnya, Bu Ria.....:) Bahannya sederhana dan cara pembuatannya juga mudah. Sedikit ribet sih, tapi worth doing :)
Berikut resep yang saya peroleh dari Bu Ria, cuma saya tambahkan garam dan air kapur sirih saja. Monggo dicoba....

Bahan jenang:
  • Tepung ketan 500 gram
  • Gula merah 400 gram, disisir (aslinya 500gr)
  • Garam halus 1 sendok teh
  • air kapur sirih 2 sendok teh
  • air 1,5 liter
  • air panas 
  • daun pandan 1 lembar, diikat
Bahan santan:
  • Kelapa 1/2 butir diparut
  • Air 500 ml
  • daun pandan 1 lembar, diikat

Cara membuat jenang:
  • Ambil 350 gr tepung ketan, campur dengan garam dan air kapur sirih, aduk rata
  • Tuangi campuran tepung dengan air panas sedikit- sedikit sambil diaduk sampai bisa dipulung dan tidak lengket. Saya ga sempat menakar air panasnya, jadi dikira-kira saja. Untuk mengaduknya, sebaiknya gunakan sendok nasi, jangan pakai tangan, karena panas sekali. 
  • Setelah adonan bisa diuleni dan tidak lengket  (yang ini harus pake tangan ya..), ambil sedikit adonan dan bulatkan sebesar kelereng sampai habis.
  • Masak air dan gula merah sampai mendidih dan gula larut, saring untuk menghilangkan ampas gulanya, masukkan kembali ke dalam panci dan didihkan lagi bersama daun pandan
  • masukkan bola-bola ketan dan biarkan sampai matang dan mengambang
  • ambil sisa tepung ketan (yang 150 gram tadi) lalu cairkan dengan sedikit air, aduk-aduk sampai semua tepung larut dan tidak ada yang menggumpal. Lagi-lagi, airnya kira-kira saja :)
  • Setelah semua bola mengambang, tuang larutan air ketan perlahan-lahan sambil diaduk agar tidak menggumpal
  • Aduk-aduk terus jenang sampai matang, aroma tepung ketan mentah hilang, dan molor-molor. Gunakan api sedang sampai kecil saja ya.... Matikan api jika sudah matang dan dinginkan. Untuk mengaduk jenang pada tahap ini, sebaiknnya gunakan sendok kayu bergagang panjang, Karena saat jenang mendidih, banyak gelembung besar-besar yang meletup-letup. Panas sekali!

Cara membuat kuah santan:
  • Peras kelapa parut dengan air hingga menjadi santan
  • Rebus dalam panci bersama garam dan daun pandan sampai mendidih dan naik. Jangan sampai pecah ya.. 
  • Bisa juga kelapa parut langsung diperas dengan air matang. Tinggal tambahkan garam saja, tidak perlu direbus lagi. Sesuai selera, suka yang mana... :)

Tips: 
  • untuk membuat jenang, kalau punya panci anti lengket lebih baik. Karena jenang gampang sekali nempel di dasar panci dan jadi gosong. Waktu saya bikin tadi juga agak gosong bawahnya, maklum selain panas meletup-letup juga agak berat mengaduknya karena kental. Maka setelah matang, cepat-cepat saya tuang jenang ke wadah lain agar tidak berbau 'sangit' semua... 
  • ukuran pemakaian gula optional ya... kalau suka manis ya ditambah, ditambah gula pasir juga bisa. Kalau ga suka manis ya dikurangi saja.
  • ukuran pemakaian air juga optional. kalau suka agak encer ya ditambah saja airnya.
  • Selain bola-bola ketan, untuk isinya bisa diganti dengan umbi bentul yang diiris dadu, dan namanya berubah menjadi Jenang Bentul seperti yang dibuat nenek saya dulu. Oh, how I miss her so much.... Anyway, Selamat mencoba....

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tembang Girisa, Nasehat dan doa bagi generasi muda dari leluhur Tanah Jawa

"Semar: sebagai figur penasihat, selalu berpihak kepada golongan Ksatria. Sebenarnya dia adalah Dewa yang ngejawantah (menjelma) menjadi manusia, dan selalu sebagai abdi, tetapi nasihat-nasihatnya selalu baik. Apabila seorang Ksatria akan menyeleweng, Semar pasti tampil menasihati dan selalu akan dituruti. Bila nasehatnya tidak diikuti, sang Ksatria akan menemui halangan."

Resep Jenang Bentul

            On the way to Surabaya, di sepanjang trotoar depan kios-kios di Pasar Singosari  banyak penjual bentul, umbi-umbian yang bentuknya seperti bola lampu besar, dagingnya putih dengan serat-serat ungu.

Kajian R A S A

credit Inilah yang namanya keterusan. Berawal dari postingan status di fesbuk, akhirnya menjalar jadi kajian yang lebih luas dan dalam lagi.