Pagi ini udara kota Malang terasa sejuk sekali, setelah hujan terus-menerus selama beberapa hari terakhir. Sejak pertengahan Januari curah hujan meningkat tajam, dan sinar matahari yang hangat biasanya hanya bertahan hingga tengah hari. Kadang lebih sedikit. Selebihnya hujan yang tidak berhenti. Kadang pagi pun sudah gerimis. Yah, lumayan lah.... Kota yang biasanya panas kini dingin lagi.
Bukan hal mudah sebetulnya, memulai kembali sesuatu yang sudah terlalu lama tidak dilakukan. Dulu, sekian dekade lalu, kegiatan menulis sepertinya hal yang mudah. Koneksi antara pikiran, perasaan dan ujung-ujung jemari terasa sangat dekat, sehingga apa yang ada di kepala bisa dengan mudah turun, mengalir melalui jari-jari tangan dan berubah menjadi rangkaian kata-kata bermakna yang membentuk suatu cerita. Sekarang, keakraban itu harus diupayakan kembali, sedikit bersusah payah menggali lagi apa-apa yang sudah terlalu lama tertimbun tumpukan file-file cerita hidup yang tidak sempat terdokumentasikan. Tapi tak apa lah. Sekarang saya punya lebih banyak waktu untuk itu.
Saat itu masih pagi. Matahari belum menampakkan diri. Udara sangat dingin dan tanah pun masih basah akibat hujan semalam. Seorang perempuan berusaha menembus kabut putih tebal dengan sebatang obor di tangan. Sebelumnya, tidak pernah ada kabut putih sedemikian tebal di daerah itu, sehingga jalan yang biasa dia lalui menjadi tidak lagi biasa. Sendirian dia berjalan, dengan hanya berbalut kebaya putih berhiaskan bunga-bunga kecil berwarna-warni dipadu selembar kain panjang bermotif batik Sidomukti. Cepat langkahnya seperti biasa, karena dia sudah hafal jalan itu. Namun seketika dia terhenti dan menarik nafas panjang, karena kabut di depan mendadak terlalu tebal dan sejenak dia kehilangan arah. Butiran halus uap air yang dingin menghempas ke wajahnya dan mengaburkan pandangannya. Di saat itu, dari ujung lain jalan itu, terlihat samar-samar sinar obor lain, menandakan akan ada yang lewat dari arah berlawanan dengan sangat cepat. Perempuan itu pun berusaha menepi, mencari jalan agar tidak bertabrakan dengan pembawa obor tadi. Tidak mungkin dia menghentikan langkahnya, karena pantang baginya berhenti di tengah jalan sebelum mencapai tempat yang dia tuju. Tapi bagaimana bisa? Sedang jalan pun tak tampak. Tak ada pula pohon atau apa pun yang bisa dia pegang.
Tapi perempuan itu tidak berhenti. Dia tetap melangkah, meski sekarang langkahnya jauh lebih berhati-hati. Di saat itulah, terdengar bisikan halus dari suara yang sangat dikenalnya, "Jalan saja terus. Tujuanmu ada di depan sana. Yakinlah dengan kaki-kakimu. Tutup matamu. Berjalanlah mengikuti bimbingan mata mu yang lain".
Seketika dia merasakan sergapan energi yang luar biasa, mengalir deras dan menegakkan kembali setiap ruas tulang belakangnya. Langkahnya kian cepat dan mantap dan kabut pun tak lagi menghalanginya hingga sampailah dia di titik yang menjadi tujuannya di ujung jalan.
Matahari sudah muncul dan alam kembali terang dan hangat. Perempuan itu bersyukur seolah tak percaya telah berhasil melalui kabut putih itu tanpa celaka. Perlahan dia menjauh, sejauh-jauhnya dari kabut itu. Dia tahu, dia telah diselamatkan dari sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sambil tersenyum dia menoleh lagi ke belakang, berharap melihat kabut putih tebal itu menghilang. Namun betapa terkejutnya dia, karena ternyata kabut putih tebal itu bukanlah kumpulan uap air halus yang berkumpul di dekat tanah akibat hujan semalam, melainkan sengaja ditiupkan dari blower besar yang berisi gunungan dry ice.
"Ah..... ternyata kabut itu sengaja dibuat untuk mengujiku", demikian pikir perempuan itu, tanpa ada prasangka apa pun. Makin ringan langkahnya menapaki jalan itu, hingga sampailah dia ke suatu anak sungai yang berpasir kuning keemasan dan air jernih mengalir tenang di atasnya, dengan sedikit gemericik kala melewati sela-sela bebatuan kecil. Duduk dia sejenak melepas lelah di tepian anak sungai itu sambil membenamkan kaki-kakinya ke dalam pasir. Sejuknya air dan butiran-butiran pasir yang halus seolah memijit kaki-kaki letihnya. Sinar matahari dari Timur menerpa wajahnya, membagikan hangatnya hingga dia tidak lagi kedinginan. Terasa batinnya mengembang oleh rasa syukur dan bahagia atas apa yang baru saja terjadi.
Matahari makin tinggi, yang semula hangat kini berubah jadi panas yang membakar seluruh tubuh. Saat itulah, bisikan halus dari suara yang sangat dikenalnya itu kembali terdengar..... "Suci".
Selamat menapaki tahun 2016 buat anak-anakku tersayang, di mana pun kalian berada.
Terima kasih atas ceritanya yang indah dan menentramkan jiwa Bu. Jiwa dahaga yang sedang melakukan perjalanan ini seolah disiram air hujan yang dingin dan menyejukkan hati. Seberat apapun jalan di hadapan nanti, dan seberapa besar pun keinginan untuk berputar balik karena merasa semua sia-sia, harus tetap melangkah dengan keyakinan dan fokus pada tujuan. Keyakinan dan keteguhan, atas apapun yang bahkan mustahil. Ketika kedua mata ini tertutup,justru mata hati yang terbuka.
ReplyDeleteSometimes people don't want to see the truth because they dont want their illusion destroyed...
Terima kasih komennya. Semoga bermanfaat. Attention: this piece of writing is highly symbolic :)
DeleteMaturnuwun sanget Ibu kagem ceritanya yg menguatkan dan menyejukkan...sungkem bekti dari kami di pondok petir
ReplyDeleteTerima kasih komennya.... salam buat seluruh keluarga di pondok petir ya....
DeleteMatur sembah nuwun atas cerita dan pesan-pesannya Ibu. Mengingatkan saya kembali bagaimana seharusnya dlm melangkah untuk menuju sebuah tujuan... sembah sungkem kami sekeluarga dari karawaci- tangerang Ibu. Semoga Ibu selalu dikaruniai seluruh kemuliaan dalam hidup, kini dan kelak. Amin
ReplyDeleteTerima kasih komennya..... semoga bermanfaat buat p wiryadi dan keluarga.Terima kasih buat doanya.
DeleteKarya tulis yang luar biasa.. Membangkitkan semangat dan inspirasi..
ReplyDeleteMaturnuwun atas waktunya utk menuliskan artikelnya.. Ibu..Smg ibu selalu diberikan berkah dan kekuatan dari Ingkang Maha Agung lan Maha Kasih..
Terima kasih sudah berkenan mengapresiasi tulisan saya. Masih berusaha belajar menulis lagi. Terima kasih doanya.
Delete