Pagi-pagi langit mendung tanpa hujan. Udara dingin. Tanpa ada rencana sebelumnya, segera kami berkemas dan bersiap-siap untuk melanjutkan apa yang telah kami mulai kemarin. Karena masih hari Jumat, terpaksa 2 anak harus ijin dari sekolah. Tak apa. Perjalanan ini akan sangat berharga buat mereka. Topi lebar, sunglasses, sunblock, untuk antisipasi jika di lokasi nanti panas menyengat.
minyak gosok, siapa tahu nanti digigit nyamuk, karena kita akan melewati perkampungan penduduk dan area rimbun dan berair di sekitar lokasi-lokasi yang kita tuju, dan band-aid dalam dompet, mungkin ada lecet-lecet nanti, dan tak lupa tongsis :)
Tepat jam 08.00 dengan berbekal solar dex full tank, doa dan Roma Malkist abon, berlima kami mulai perjalanan 12 jam hari ini. Dari Malang kita ambil arah Arjosari, Singosari, Lawang, Purwodadi, terus sampai di Taman Dayu belok kiri mengikuti jalur ke Pandaan. Pukul 09.15 kita mampir di warung Mojorejo untuk sarapan, nasi sop 4 dengan lauk telur dadar khasnya yang sedikit pedas merica dan 4 jeruk hangat, total Rp. 107. 000,- Sebelum melanjutkan perjalanan, kita beli 5 botol air mineral Rp. 15.000 untuk bekal di jalan biar ga dehidrasi.
Setelah 30 menit sarapan, perjalanan kita lanjutkan kembali menuju Japanan. Di Pasar Japanan ambil jalur ke kiri arah Mojosari, Ngoro, terus hingga masuk wilayah Mojokerto. Di perempatan Jabon ambil arah ke kiri masuk ke Ring Road Mojokerto, lalu terus saja sampai ke pertigaan, tetep ambil jalur kiri masuk ke Jalan Raya Brangkal (Jalan Jombang - Mojokerto), lalu Jalan Raya Lengkong, dan sampailah kita di Jalan Trowulan. Karena musim penghujan, sepanjang jalan banyak sekali ditemukan aspal berlubang. Sebagian sangat dalam dan membahayakan. Jadi harus hati-hati dan sedikit mengurangi kecepatan. Berikut tujuan kita yang pertama:
Gapura Wringin Lawang.
Dari jalan raya kita bisa langsung tahu sign post besar yang menunjukkan lokasi gapura. Setelah melewati perkampungan penduduk, sampailah kita di lokasi. Saat itu suasana sangat sepi. Ketika para penumpang keluar dari mobil, baru tersadar kalau sepatu si kecil tertinggal di rumah. Cuma pake kaus kaki saja :( Maka, baiklah....... si kecil yang sebetulnya ingin sekali lari-lari terpaksa harus digendong kemana-mana. Stroller juga gabisa dipakai karena ada jalan-jalan tanah. Jam menunjukkan pukul 11 siang. Gapura Wringin Lawang terletak di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan. Gapura ini terbuat dari batu bata merah dan konon merupakan pintu gerbang menuju kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit. Tidak ada tiket masuk, hanya sumbangan sukarela saja. Kita nyumbang Rp. 20.000,- saja.
Dari Candi Wringin Lawang, perjalanan kita lanjutkan ke Candi Brahu di Desa Bejijong. Namun sebelum sampai ke sana, ada 1 lokasi yang patut dikunjungi yaitu Maha Vihara Mojopahit Trowulan dengan Patung Buddha Tidur raksasanya. Di pintu masuk ada loket untuk pengunjung dan membayar sukarela. Di sini kita tidak terlalu lama, sekedar melihat-lihat dan foto-foto saja.
Memberi makan ikan di kolam. Tersedia pakan ikan Rp. 2000,- per pak.
Dari Maha Vihara kita menuju ke Candi Brahu yang terletak di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan. Karena ada kendala teknis, hehe... kita tidak bisa menampilkan foto Candi Brahu. Untuk lebih jelasnya silakan klik link tadi.
Kolam Segaran
Selanjutnya perjalanan menuju lokasi Kolam Segaran di Dukuh Trowulan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan. Ternyata kolam ini luas sekali, seluas 6 lapangan sepak bola. Konon ceritanya dulu di sinilah raja Majapahit menjamu tamu-tamu kerajaan, dan setelah makan piring dan peralatan makan dilempar ke dalam kolam. Sayang sekali ketika sampai di sana, area kolam sedang lumayan ramai, banyak yang sedang mancing. Maka, demi alasan keamanan kita putuskan untuk lewat saja, tidak turun. Sehingga ga ada fotonya :)
Museum Majapahit Trowulan
Selanjutnya kita menuju ke Museum Majapahit Trowulan. Sayang sekali setelah sampai di sana ada tulisan TUTUP yang sangat besar di pagar masuk. Baiklah...kita lanjut saja ke tujuan berikutnya. Nanti siapa tahu sudah buka ketika kita balik lewat situ lagi. Berikutnya:
Candi Bajang Ratu.
Candi Bajang Ratu terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan. Begitu sampai di lokasi si kecil langsung berteriak, "My chocolate castle!! Let's go down, Mommy!!"
Pada pintu gerbang candi bata merah ini terdapat tulisan DILARANG NAIK. Memang sebaiknya kita tidak naik melewati nya, karena di situ lah dulu Kala Gemet terjatuh. Bad luck!
Pada pintu gerbang candi bata merah ini terdapat tulisan DILARANG NAIK. Memang sebaiknya kita tidak naik melewati nya, karena di situ lah dulu Kala Gemet terjatuh. Bad luck!
Candi Bajang Ratu, the Chocolate Castle, dengan latar belakang langit teduh.
Candi Tikus
Candi Tikus terletak di Dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan. Tidak ada lahan parkir untuk mobil, hanya sepeda motor. Jadi kendaraan roda 4 dipersilahkan parkir di luar pagar. Tiket masuk ke Rp. 12.000,- buat berlima. Karena musim hujan, genangan air di tengahnya lumayan tinggi, merendam bagian dasar candi.
Genangan air yang cukup tinggi dan berwarna hijau
Tampak dekat, batu bata yang membangun Candi Tikus. Di pojok kiri atas, kaki kecil yang hanya berkaus kaki kuning tanpa sepatu hehe....
Akhirnya, tepat pukul 15.30 selesailah sudah rangkaian perjalanan sowan kami berlima ke Trowulan. Waktunya bagi kami untuk pulang lagi. Namun, rupanya karena saking asyiknya jalan-jalan, anak-anak ga ada yang mau pulang. Sehingga, perjalanan dilanjutkan ke Surabaya. Kalau dirasakan, acara sowan tadi bisa dibilang sebagai jampi sukmo, dan sekarang saatnya mencari jampi rogo... hehe, itu yang terlintas di benak ketika membaca papan penunjuk arah bertuliskan Jampirogo.
Dari Mojokerto mudah sekali menemukan arah ke Surabaya. Banyak sign post yang sangat membantu. Ga lama kita di Surabaya, sekedar makan pempek Farina yang terkenal itu di CiTo. Pukul 18.00 kita mulai perjalanan pulang, tidak via tol, tapi lewat Sidoarjo. Sempat macet di bypass karena ada truk mogok, selebihnya lancar sekali dan tepat pukul 20.00 kami sudah sampai di rumah lagi dengan selamat. Tepat 12 jam. Alkamdulillah.... topi lebar, sunblock tidak terpakai, karena selama perjalanan dari Malang hingga sampai dan muter-muter di Trowulan, cuaca mendung, sehingga kami tidak kehujanan dan tidak juga kepanasan. Baru ketika perjalanan pulang, kami dengar dari radio SS kalau hujan deras di mana-mana disertai banjir. Jalan Raya Porong juga ditutup total karena air banjir merendam hingga 1 meter. Namun sungguh menakjubkan, langit Trowulan begitu cerah dan teduh! Masyarakat Trowulan juga amazingly ramah dan sudah terbiasa memberi informasi kepada siapa saja yang bertanya tentang arah lokasi situs-situs Majapahit di sana, sehingga kita ga perlu GPS :)
Demikian sedikit cerita perjalanan kami berlima. Semoga bermanfaat. Kalau ada informasi yang kurang nanti kita update lagi, harap dimaklumi saya baru merasakan susahnya bikin travel blog :)
Thanks for reading....
Comments
Post a Comment