Suasana saat itu gelap dan sepi. Jalanan tampak basah seperti habis terkena gerimis, kosong lengang dengan sedikit cahaya bulan. Lampu jalan terpasang dalam jarak yang cukup jauh satu sama lain. Beruntung akhirnya mulai tampak rumah-rumah penduduk, tak banyak tapi rapat berdesakan membentuk kampung. Rumah-rumah dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu itu terlihat sepi seolah para penghuninya sedang beristirahat. Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, muncul sekitar lima ekor singa; satu ekor singa jantan besar dengan surai yang indah sekaligus menyeramkan, seekor singa betina dewasa dan tiga ekor singa lagi yang lebih kecil. Sambil berjalan santai dalam gelap, singa-singa itu memasuki rumah-rumah penduduk melalui pintu-pintu yang terbuka. Diam menyelinap tanpa bersuara sedikit pun.
Ya Tuhan! Mau apa singa-singa itu? Tiba-tiba muncul seorang bapak-bapak, tubuhnya kurus berotot, dengan baju sederhana dan ikat kepala, berhenti di sebelah saya. Wajahnya tirus dengan sorot mata yang sangat tajam. Dan kita bersama-sama memandangi singa-singa itu berkeliaran di jalanan dan keluar masuk rumah penduduk. Wajah si bapak terlihat datar saja sambil sesekali mengepulkan asap rokoknya, tak ada ekspresi kaget, panik atau heran melihat pemandangan mengerikan di depan sana.
Setelah sekian lama tanpa menyapa, akhirnya,
"Bapak siapa?" tanyaku, meski saat itu terasa tak pantas untuk mengutarakannya. Dan, tanpa berkata-kata si bapak langsung berdiri tegak sambil mengeluarkan cemeti panjangnya. "Dhaaaarrrrrr!!!" begitu suara yang terdengar ketika si bapak melecutkan cemetinya ke udara. Keras sekali! Selanjutnya beliau berlalu begitu saja setelah melihat ke arah saya dan tersenyum sebentar, berjalan menembus gelap malam sementara singa-singa tadi mengikut di belakangnya.
*****
Di tengah situasi yang serba sulit seperti ini, hal utama yang sebaiknya dilakukan adalah menjaga kesehatan dan memelihara pikiran positif dengan banyak bersyukur. Sekarang ini sudah masuk bulan 6, sudah setengah tahun berjalan. Ketika mengamati dan mengikuti perkembangan situasi melalui tayangan di televisi, yang terus menjadi pertanyaan adalah: mengapa ini terjadi? Bukan dari sisi medis, politik atau yang lain, tetapi lebih ke sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada diri sendiri sebagai manusia. Introspeksi, melihat ke dalam. Juga tentang apa yang bisa kita lakukan agar situasi bisa menjadi lebih baik.
Jadi ingat, dulu semasa kuliah, ada salah satu ilmu yang diajarkan yaitu Semiotika. Semiotika adalah ilmu tentang tanda, yang digunakan untuk mengkaji tanda-tanda pada suatu objek untuk diketahui makna yang terkandung dalam objek tersebut. Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda.
Berkenaan dengan situasi saat ini, sesungguhnya semua sudah disajikan dengan jelas kepada kita, berupa tanda-tanda. Sebagai manusia yang dikaruniai akal budi, tugas kita adalah menggunakan pengetahuan, pemahaman dan kebijaksanaan yang kita punya untuk mengungkap makna dari tanda-tanda itu agar bisa kita temukan solusi dari kondisi prihatin saat ini sehingga kehidupan umat manusia bisa menjadi lebih baik.
Selama berlangsungnya situasi ini beberapa tanda yang sering muncul dan pasti kita semua tahu adalah rumah, mulut, paru-paru / pernafasan, kebersihan, pembatasan fisik dan sosial.
Rumah
Untuk memutus rantai penyebarannya masyarakat diminta untuk berdiam di dalam rumah, tidak keluar kecuali jika terpaksa untuk urusan-urusan penting. Beribadah pun sekarang harus dilakukan di rumah, karena aktivitas di tempat-tempat ibadah dibatasi dengan ketat bahkan ditutup sementara.
Mulut
Pemerintah dan para ahli di bidang kesehatan sudah dan terus menerus mengedukasi kita tentang cara penularan virus ini, yaitu melalui droplet yang keluar saat kita berbicara atau batuk dan bersin. Untuk itu kita sangat dianjurkan untuk memakai masker saat berinteraksi dengan orang lain, untuk mengurangi resiko penularan.
Pernafasan
Sistem tubuh kita yang sangat rentan terhadap virus ini adalah sistem pernafasan. Oleh karena itu kita wajib menjaga daya tahan tubuh dan melindungi saluran pernafasan kita dengan baik agar tetap bersih dan bebas virus.
Kebersihan
Mencuci tangan dengan air mengalir sejak awal hingga saat ini masih terus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat, sebagai salah satu upaya untuk membersihkan diri dari potensi terkena virus menular ini.
Selama berlangsungnya situasi ini beberapa tanda yang sering muncul dan pasti kita semua tahu adalah rumah, mulut, paru-paru / pernafasan, kebersihan, pembatasan fisik dan sosial.
Rumah
Untuk memutus rantai penyebarannya masyarakat diminta untuk berdiam di dalam rumah, tidak keluar kecuali jika terpaksa untuk urusan-urusan penting. Beribadah pun sekarang harus dilakukan di rumah, karena aktivitas di tempat-tempat ibadah dibatasi dengan ketat bahkan ditutup sementara.
Mulut
Pemerintah dan para ahli di bidang kesehatan sudah dan terus menerus mengedukasi kita tentang cara penularan virus ini, yaitu melalui droplet yang keluar saat kita berbicara atau batuk dan bersin. Untuk itu kita sangat dianjurkan untuk memakai masker saat berinteraksi dengan orang lain, untuk mengurangi resiko penularan.
Pernafasan
Sistem tubuh kita yang sangat rentan terhadap virus ini adalah sistem pernafasan. Oleh karena itu kita wajib menjaga daya tahan tubuh dan melindungi saluran pernafasan kita dengan baik agar tetap bersih dan bebas virus.
Kebersihan
Mencuci tangan dengan air mengalir sejak awal hingga saat ini masih terus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat, sebagai salah satu upaya untuk membersihkan diri dari potensi terkena virus menular ini.
Pembatasan fisik dan sosial
Berjabat tangan saat ini menjadi sesuatu yang sangat tidak disarankan. Bertemu dan berkumpul pun saat ini menjadi potensi terjadinya kerumunan. Intinya saat ini kita sangat dianjurkan untuk menjaga jarak secara fisik antara satu dengan yang lain untuk mengurangi potensi penularan.
Jika kita mau sedikit lebih jeli dan lebih teliti dalam melihat semua simbol-simbol tadi, sebetulnya tidak terlalu rumit. Sampai sejauh ini masih banyak yang mempertanyakan mengapa pandemi ini terjadi dan masih terus terjadi; kapan pandemi berakhir dan sebagainya. Seorang arif bijaksana suatu kali bercerita kepada saya tentang jagad alit dan jagad ageng, mikrokosmos dan makrokosmos. Jagad ageng adalah cerminan atau manifestasi dari jagad alit. Apa yang kita alami dalam jagad ageng sesungguhnya adalah apa yang sedang terjadi di dalam jagad alit. Kerusakan dan kekacauan di jagad ageng adalah cerminan dari kerusakan dan kekacauan di dalam jagad alit. Kesimpulannya, untuk menciptakan jagad ageng yang indah, nyaman, tentram, damai, sejahtera, harmonis dan seimbang adalah dengan menciptakan semua kondisi tadi di dalam jagad alit. Siapa itu? Manusia.
Jika kita mau sedikit lebih jeli dan lebih teliti dalam melihat semua simbol-simbol tadi, sebetulnya tidak terlalu rumit. Sampai sejauh ini masih banyak yang mempertanyakan mengapa pandemi ini terjadi dan masih terus terjadi; kapan pandemi berakhir dan sebagainya. Seorang arif bijaksana suatu kali bercerita kepada saya tentang jagad alit dan jagad ageng, mikrokosmos dan makrokosmos. Jagad ageng adalah cerminan atau manifestasi dari jagad alit. Apa yang kita alami dalam jagad ageng sesungguhnya adalah apa yang sedang terjadi di dalam jagad alit. Kerusakan dan kekacauan di jagad ageng adalah cerminan dari kerusakan dan kekacauan di dalam jagad alit. Kesimpulannya, untuk menciptakan jagad ageng yang indah, nyaman, tentram, damai, sejahtera, harmonis dan seimbang adalah dengan menciptakan semua kondisi tadi di dalam jagad alit. Siapa itu? Manusia.
Dua ranah tadi jika digabungkan, jadi masuk akal. Semua kembali pada manusia nya. Berdiamlah di "rumah", bangun lagi hubungan yang harmonis dengan "seisi rumah" kita, kenali seluruh "anggota keluarga", kembali lagi pada akar adat dan budaya luhur dari para pendahulu keluarga kita. Beribadah di "rumah" dalam keheningan, keikhlasan tanpa riya' dan penuh rasa syukur, atur dan sadari nafas yang keluar masuk dengan baik untuk membangun kesadaran sepenuhnya akan segala sesuatu yang kita perbuat dan pikirkan. Bersihkan hati dan pikiran dari segala macam "kotoran" yang selama ini telah merusak kemanusiaan kita dengan air sejuk yang menyucikan dan mengalir terus-menerus, dan jangan lupa lakukan semua dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan sebagai wujud kepedulian kita terhadap sesama mahluk, terhadap sesama hidup. Manusia kembali lah menjadi manusia, yang katanya adalah pemimpin di muka bumi. Jangan merusak alam dan jangan menyalahkan alam atas apa yang terjadi. Bumi adalah ibu. Seorang ibu tidak akan menyakiti anak-anaknya. Namun jika ibu tidak terawat dan lemah, maka dia tidak akan dapat memelihara anak-anaknya dengan baik.
Singa-singa terpaksa masuk kampung, mungkin karena habitatnya sudah rusak oleh ulah manusia. Namun, ketika terpaksa berhadapan dengan singa, jangan sombong melawan, namun jangan pula panik ketakutan. Singa ibarat raja yang berkuasa dan tidak suka dilawan dan ditentang dengan kesombongan. Singa lebih suka menyelinap diam-diam dan menerkam mangsanya saat mereka lengah.
"Singgah singgah kala singgah
pan suminggah durgakala sumingkir
singa ama singa wulu
singa suku singa sirah
singa tenggak lawan kala singa buntut
padha sira suminggaha
muliha mring asalneki....." dst
-Rahayu wilujeng slamet sedaya-
Matur nembah nuwun sanged pitedahipun 🙏
ReplyDelete