"Apa saja yang beruang jika terlalu lama dibiarkan kosong akan ditempati setan",
sebaris kalimat yang diucapkan pelan dan penuh penekanan mengakhiri istirahat malam itu. Sambil menatap langit-langit ruangan, ingatan melayang kembali ke rumah itu, sebuah rumah kontrakan mungil yang cantik namun tak seorang pun berani menghuninya. Ah, itu sudah 20 tahun yang lalu. Kenapa harus dibahas lagi sekarang? Baiklah, disimpan dulu, nanti kalau ada waktu dibongkar lagi :)
7 hari telah berlalu sejak saat itu, namun kalimat itu terus saja terngiang di telinga dan melayang-layang di ingatan, saat sibuk maupun saat tidak sedang melakukan apa-apa selain minum kopi pait atau menunggui anak-anak belajar. Selama 7 hari itu pula banyak hal yang terjadi dan semua seolah membantu memberikan pemahaman akan makna sebaris kalimat tadi. Ambil contoh paling mudah: rumah. Sebuah rumah, betapa pun cantiknya, jika terlalu lama dibiarkan kosong, tidak berpenghuni dan tidak dirawat maka lama-lama akan ditempati oleh setan, hantu dan mahluk-mahluk lain yang tidak seharusnya berada di situ. Secara fisik akhirnya rumah tersebut juga akan rusak dan lama-lama hancur. Contoh lain, tangki bahan bakar kendaraan kita, jika lama dibiarkan kosong tidak diisi bahan bakar lagi dalam waktu lama, maka setan karat akan berdiam di situ dan merusaknya, hingga kendaraan tidak akan bisa berjalan lagi. Lain lagi jika berbicara tentang tubuh manusia yang sebagian besar berisi cairan yaitu darah. Jika anemia atau kurang darah (Hb rendah) dibiarkan berlarut-larut maka setan-setan penyakit yang bermacam-macam akan berdatangan, seperti pusing, mual, vertigo, stagnasi, jantung berdebar, nyeri, kram haid dan lain-lain. Ruang lambung jika dibiarkan kosong dan tidak diisi secara teratur akan ditempati setan maag.
Seperti bunyi alarm yang membangunkan tidur lelap berkepanjangan! Kepala kita juga beruang dan jika dibiarkan kosong terlalu lama maka "setan" akan menempatinya. Ruang dalam kepala mewakili pengetahuan. Jika kita terlalu lama membiarkannya kosong dan tidak berupaya mengisinya dengan pengetahuan-pengetahuan baru, maka lama-lama setan kebodohan akan berdiam di situ dan merusaknya, hingga kita akan tetap berada di tempat dan tidak bergerak kemana-mana, tidak ada kemajuan atau perkembangan. Ruang kepala juga mewakili pikiran. Jika pikiran kita tidak digerakkan untuk memikirkan hal-hal baru yang positif, maka setan pikiran-pikiran negatif akan menguasainya. Oleh karenanya, selama kita masih hidup, hendaknya tidak pernah putus untuk belajar. Belajar tentang apa saja yang positif, agar ruang pengetahuan dan pikiran kita senantiasa sehat dan berdaya hidup, karena ciri-ciri mahluk hidup di antaranya adalah adanya pertumbuhan dan perkembangan. Masih banyak pengetahuan di luar sana yang bisa dan perlu kita pelajari untuk mengisi ruang pengetahuan kita, agar setan kebodohan, kesombongan yang merasa paling benar dan merasa paling tahu tidak menempati pikiran kita.
Ruang hati kita juga akan diisi oleh setan jika kita tidak senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman spiritualitas kita. Menambah pemahaman spiritualitas bagi saya bukan berarti mencari pemahaman baru, namun lebih kepada menggali untuk menemukan pemahaman-pemahaman baru tentang bekal yang sudah kita punya melalui pemaknaan terhadap pengalaman hidup yang kita lalui sesuai dengan pelajaran yang kita yakini. Perenungan dan belajar mengisi hati dengan mencari makna-makna dari pengalaman hidup akan menumbuhkan rasa syukur dan terima kasih atas semua yang terjadi, menumbuhkan empati kepada sesama hidup, sehingga lagi-lagi setan sombong yang keras kepala dan keras hati itu tidak bisa bersemayam di dalam hati kita. "Manusia tetaplah menjadi manusia, di luar dan di dalam", demikian pesannya.
Keluarga juga memiliki ruang. Jika hubungan kekeluargaan tidak dirawat dengan baik maka lama-lama setan perpecahan dan salah paham akan menempati dan mengambil alih. Salah satu cara merawat keluarga adalah melalui komunikasi, berbicara, menyapa, menanyakan kabar seger kewarasan, bertemu dan berkumpul. Hubungan kekeluargaan yang terjalin baik dan sehat akan menyegarkan dan menghidupkan ruang keluarga di dalam rumah, sehingga rumah akan terawat baik dan berdaya hidup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga yang bernaung di dalamnya.
"Apa saja yang beruang jika terlalu lama dibiarkan kosong akan ditempati setan"
Ruang, kosong, setan adalah tiga serangkai yang saling berhubungan dan bisa diaplikasikan di mana saja. Perenungan, bekal pengetahuan dan pengalaman hidup kita yang akan membantu mengetahui dan mengidentifikasi di mana saja mereka dan apa saja wujudnya.
Ah...jadi kangen kalian semua, yang pasti sedang mengisi ruang hidup masing-masing. Semoga semua senantiasa diberikan kesehatan dan kebahagiaan di mana pun berada. Lama juga rumah kita kosong tanpa kegiatan makan-makan bareng, tertawa bareng, ngobrol dan bersih-bersih bareng seperti dulu. Semoga tulisan ini bisa mengingatkan kembali betapa cantik dan indahnya rumah kita, rumah yang penuh berkah Yang Maha Kuasa dan pangestu serta doa dari orang tua kita. Jangan biarkan terlalu lama kosong agar setan tidak mengambil alihnya....
Matur sembah nuwun sudah diingatkan.
Rahayu sagung titah dumadi
Maturnuwun Ibu atas tulisan yang sangat mengena dan mencerahkan. Mungkin karena terlena atau juga merasa nyaman dengan kondisi stagnan menyebabkan tidak mau bergerak, malas berubah, berkembang, bertumbuh yang akhirnya malah jadi sengsara sendiri. Tulisan Ibu sekaligus menjadi pengingat untuk mengevaluasi diri dan mengingat potensi serta bekal yang dimiliki untuk menapaki hidup. Matur sembah nuwun Ibu. Rahayu.
ReplyDeleteTerima kasih apresiasinya... Komen Bu Laras sekaligus jadi penyemangat bagi saya untuk berusaha lebih produktif lagi menulis. Semoga ide2 segar segera mengalir :) Rahayu
DeleteTerima kasih Ibu, tulisan ini menurut saya menggambarkan sebuah perjalanan proses kehidupan yang kami lalui sekarang. Rasanya terangkum lengkap disini, seperti mengaca ke Diri Sendiri dan menjadi perenungan juga pencerahan bagi saya. Disaat membaca pun terasa nyata sekali seperti menggambarkan scene demi scene proses yang telah dilalui bersama Swargi Bapak, Ibu dan semua saudara. Rasanya diingatkan kembali bagaimana untuk "Ngabekti kepada Orang Tua", "Njogo seduluran", ngugemi bekal yang telah diberikan, dan meyakini diarahkan menuju peran masing-masing. Matursembahnuwun Ibu melaui tulisan ini kawula sudah diingatkan untuk menyadari, merenungkan, memahami bekal yang sudah diberikan untuk melewati proses kehidupan yang semakin berwarna. Rahayu.
ReplyDeleteTerima kasih apresiasinya, pak Broto Wali. Semoga tulisan ini bisa membawa manfaat dan membuka wawasan agar tidak lupa mengisi ruang-ruang kosong :)
DeleteKeep coming!