Skip to main content

S U M U R

Credit
Dengan seutas tali panjang pelan-pelan dia ikuti arah itu. Menurun dan terus menurun. Terangnya hari tertinggal di atas dan gelap sedikit demi sedikit menyelimuti sepanjang perjalanan ke bawah. Dingin....
lembab... Namun ketika kaki menyentuh dasar sumur dan mata mulai terbiasa dengan kegelapan, ternyata di situ tidaklah segelap dugaannya. Sumur pun ternyata juga tidak sesempit dugaannya. Hamparan pasir kasar berwarna  kuning kecoklatan terlihat jelas karena beningnya air. Sinar pun masih ada di situ, menerangi sejauh mata memandang. Meski sepertinya bukan sinar matahari, tapi cukup membuatnya bersyukur karena dengan adanya sinar itu, dia bisa melihat dengan jelas seisi sumur.

Sambil berdiri di atas sebuah batu besar dan tangan tetap berpegangan pada tali, dia menyapu pandangan ke segala penjuru dengan penuh rasa takjub. Luas sekali sumur ini! Perempuan mungil itu serasa tak percaya ada sumur seluas ini di halaman rumahnya, yang lebih cocok disebut danau di dalam gua. Ketika pandangan sampai di arah kanan, terlihat dua bangkai anjing berwarna coklat dengan bulu-bulu panjang menyembul sebagian dari kantong besar berwarna merah. Seperti baru saja mati di tepian air. Sejenak dia berpikir, siapa yang meletakkan bangkai-bangkai anjing itu di sini? Kenapa ada bangkai anjing di sini? Detik itu pula kekhawatirannya muncul. Tidak boleh bangkai-bangkai anjing itu berlama-lama di sini. Sebentar lagi pasti membusuk karena terendam air. Harus segera dikeluarkan, agar tidak mencemari air jernih yang menjadi sumber penghidupan banyak orang. Tapi bagaimana caranya? Anjing-anjing itu cukup besar, dan pasti berat sekali, sedangkan tubuh perempuan itu kecil dan kedua tangannya harus berpegangan pada tali untuk naik ke atas.

Segera dia menaiki lagi tali panjang itu dan menyampaikan semua apa saja yang baru dilihat di bawah sana. Dengan suaranya yang pelan, tegas namun penuh kasih, pemilik wajah teduh itu bertanya, "Lalu apa yang akan kau lakukan dengan bangkai-bangkai itu?"
"Aku akan keluar dari sini dan meminta bantuan saudara-saudaraku untuk membantu mengangkat dan mengeluarkannya dari sumur ini, karena aku tidak kuat jika harus mengangkatnya sendiri", begitu jawab perempuan itu.

Pemilik wajah teduh itu pun tersenyum. Terlihat sinar matanya menyiratkan kata "Ah, kamu sudah paham sekarang".

Rahayu sagung titah dumadi


Comments

Popular posts from this blog

Tembang Girisa, Nasehat dan doa bagi generasi muda dari leluhur Tanah Jawa

"Semar: sebagai figur penasihat, selalu berpihak kepada golongan Ksatria. Sebenarnya dia adalah Dewa yang ngejawantah (menjelma) menjadi manusia, dan selalu sebagai abdi, tetapi nasihat-nasihatnya selalu baik. Apabila seorang Ksatria akan menyeleweng, Semar pasti tampil menasihati dan selalu akan dituruti. Bila nasehatnya tidak diikuti, sang Ksatria akan menemui halangan."

Resep Jenang Bentul

            On the way to Surabaya, di sepanjang trotoar depan kios-kios di Pasar Singosari  banyak penjual bentul, umbi-umbian yang bentuknya seperti bola lampu besar, dagingnya putih dengan serat-serat ungu.

Resep Jenang Grendul

               Jajanan tradisional satu ini memang enak banget, kenyal, manis dicampur kuah santan yang gurih. Sudah lama sekali ga makan ini dan sudah lama pula bercita-cita membuat sendiri, tapi ga sempat-sempat....:)  Dulu waktu masih kecil, lumayan sering dibelikan ibu di pasar, campur-campur dengan