Skip to main content

Belajar Kesusastraan Jawa: poetry review




Manungsa sadrema lakoni
apa kang dadi pepesthene
sinerat ing kitab Jitapsara
ageme para Dewa.
Bathara Panyarikan kang piniji tulis
Yamadipati penjabut nyawa
Brama Kasucen
Indra kasuwargan widodari
Kamajaya turunan linuwih
Wisnu kawicaksanan pangurip

Mobah musiking bawana
ya kaluhuran langgeng purba wasesa
Sejatine hananing Hyang Widi
sangkan paraning urip
kabeh wis cinethak dadi
mula sinebut sagung dumadi
saka ciptaning Gusti Maha Suci
Hananing Manungsa sakawit
wenang nenuwun mring sesembahane
ala becik sinandhang dewe
nging pasrah pepuntone

Karsaning Gusti
garising urip
nora bisa sinelakan

Getering rasa tunggal
tumrap titah tanah Jawa
pinaringan Kawruh Kasidan Jati

"Yen nguni datan ana
Nuli ana...
kapriye bisane bali ora ana"

Ingkana wewenang mesu budi
linambaran pasrahing titah
bali mula mulanira


Selamat pagi.... mungkin kemunculan 'puisi' di atas sedikit mengejutkan, karena ditulis dalam Bahasa Jawa. Pertama kali membacanya, terasa benar kedalaman makna yang terkandung di dalam rangkaian kata-kata itu. Meski saya sendiri bukan ahli bahasa Jawa, tapi entah kenapa saya merasa seolah-olah
paham betul dengan maknanya....hehehe... aneh tapi nyata..Dan puisi inilah yang akhirnya membantu saya menemukan berbagai cerita dan pelajaran menarik tentang hidup seperti yang dipahami oleh orang Jawa. Sebelum lanjut, di sini saya sebut 'puisi' karena ya itu tadi, keterbatasan pengetahuan saya tentang kesusastraan Jawa. Jadi mohon maaf jika mungkin nantinya ternyata keliru.

Puisi indah yang diberi judul Pasrah ini ditulis oleh Prof. Dr. R.M. Wisnoe Wardhana, cucu dari Sinuwun Hamengku Buwana VII dan putra dari GBPH Suryodiningrat HB VII. Saat membaca bait pertama, yang paling terasa adalah bingung ! Ya, bingung karena tidak bisa langsung paham apa yang ingin disampaikan penulis, apalagi jika kita tidak betul-betul paham dengan budaya Jawa. Nama-nama yang disebut disitu tidak biasa kita dengar, kecuali kita paham cerita-cerita wayang. Cukup lama saya merenungkan makna dari bait pertama itu. Sempat terpikir betapa lama nantinya saya baru bisa paham maksudnya, jika saya harus mempelajari cerita sejarah dulu, misalnya siapa si Bathara Penyarikan, siapa Indra, siapa Brama dan lain-lain.  Berapa banyak buku dan artikel yang harus saya baca agar bisa paham?? Setelah beberapa hari merenung, akhirnya saya dipahamkan bahwa tidak perlu seperti itu. Saya baca lagi bait pertama itu dan..... saya paham.

Manungsa sadrema lakoni
apa kang dadi pepesthene
sinerat ing kitab Jitapsara
ageme para Dewa.
Bathara Panyarikan kang piniji tulis
Yamadipati penjabut nyawa
Brama Kasucen
Indra kasuwargan widodari
Kamajaya turunan linuwih
Wisnu kawicaksanan pangurip

Saya coba uraikan maksud dari bait pertama, berdasarkan pemahaman yang saya terima. Disitu diceritakan bahwa manusia hanya sekedar menjalani takdir kehidupan yang telah ditentukan oleh Tuhan. Umur, derajat ketakwaan, keberuntungan hidup, pangkat, kebijaksanaan hidup, semua sudah digariskan oleh Tuhan dan manusia hanya menjalaninya saja.

Mobah musiking bawana
ya kaluhuran langgeng purba wasesa
Sejatine hananing Hyang Widi
sangkan paraning urip
kabeh wis cinethak dadi
mula sinebut sagung dumadi
saka ciptaning Gusti Maha Suci
Hananing Manungsa sakawit
wenang nenuwun mring sesembahane
ala becik sinandhang dewe
nging pasrah pepuntone
 Makna dari bait kedua.... bersambung dulu ya.... :)
Thank you and keep visiting my blog... :)








Comments

Popular posts from this blog

Tembang Girisa, Nasehat dan doa bagi generasi muda dari leluhur Tanah Jawa

"Semar: sebagai figur penasihat, selalu berpihak kepada golongan Ksatria. Sebenarnya dia adalah Dewa yang ngejawantah (menjelma) menjadi manusia, dan selalu sebagai abdi, tetapi nasihat-nasihatnya selalu baik. Apabila seorang Ksatria akan menyeleweng, Semar pasti tampil menasihati dan selalu akan dituruti. Bila nasehatnya tidak diikuti, sang Ksatria akan menemui halangan."

Resep Jenang Bentul

            On the way to Surabaya, di sepanjang trotoar depan kios-kios di Pasar Singosari  banyak penjual bentul, umbi-umbian yang bentuknya seperti bola lampu besar, dagingnya putih dengan serat-serat ungu.

Resep Jenang Grendul

               Jajanan tradisional satu ini memang enak banget, kenyal, manis dicampur kuah santan yang gurih. Sudah lama sekali ga makan ini dan sudah lama pula bercita-cita membuat sendiri, tapi ga sempat-sempat....:)  Dulu waktu masih kecil, lumayan sering dibelikan ibu di pasar, campur-campur dengan